Wanita Cerdas Adalah yang Mengikuti Zaman Tapi Tak Kebablasan

wanita cerdas mengikuti zaman

Wanita cerdas itu adalah yang open minded, mengikuti zaman, tapi tidak sampai kebablasan lepas jauh dari kodrat dan takdirnya sebagai wanita. 

Itu menurut saya ya, kalau ladies lainnya punya pendapat lain, it's ok. Bukankah berbeda bukan sesuatu yang harus dipaksakan sama?. 


Wanita dan Tuntutan Zaman Now

Kiprah wanita di zaman sekarang semakin maju dibanding beberapa tahun belakangan. Gaung emansipasi wanita bergema di mana-mana.

Sejak semangat Kartini menggerogoti hati hampir semua wanita, di Indonesia khususnya. Rasanya semakin banyak wanita yang ebih maju, dan berada sejajar dengan para pria.

Bersamaan dengan itu, rasanya tuntutan wanita juga semakin banyak.

Di satu sisi, wanita ingin mendapatkan kesetaraan bersama pria. Namun di sisi lain, wanita juga tidak bisa menghindari kodrat dan takdirnya menjadi istri dan ibu yang beberapa tugasnya tak bisa didelegasikan ke orang lain, bahkan ke suami sendiri.

Mengandung misalnya, melahirkan dan menyusui anak.

Khususnya mengandung, banyak wanita yang akhirnya terbentur akan keadaan ini. Cita-cita mereka  akan kesetaraan dalam dunia kerja di luar rumah misalnya, terpaksa ditinggalkan ketika akhirnya si wanita bersama suaminya memutuskan ingin mempunyai keturunan dan tak kunjung diberi oleh-Nya.

Ada juga, yang beruntung tak perlu meninggalkan impian dan cita-citanya membangun karir di luar rumah karena bisa diberi keturunan berupa hamil, meskipun sibuk bekerja. Namun tidak sedikit juga wanita, yang terpaksa meninggakan cita-citanya tersebut ketika bermasalah dalam kehamilannya.

Pun juga, ada pula yang beruntung, bisa menjalani kehamilan sambil berkarir di luar rumah, tapi setelah melahirkan, terpaksa harus resign bekerja, karena alasan tumbuh kembang, kesehatan dan keamanan anak.

Ada pula wanita yang terpaksa menghibur diri, dengan alasan akan mengejar mimpi lagi dengan berkarir di luar rumah, setelah anaknya bisa lebih mandiri. Sayangnya, belum juga impian itu tercapai, eh anak nomor dua bahkan tiga bermunculan.

Maka semakin panjanglah durasi 'menganggur' dari dunia kerja dan berkarir di luar rumah. Hingga tanpa sadar usia sudah tidak memungkinkan untuk kembali berkarir di luar rumah.

Namun, masih ada pilihan untuk menghasilkan uang, hanya dari rumah saja, tanpa harus meninggalkan anak-anak dengan orang lain. Sayangnya pilihan itu tidak seindah kedengarannya.

"Bisa menghasilkan uang, tapi anak-anak tetap terurus atau terkontrol"

Kenyataannya? 

Percayalah, tidak ada kesuksesan yang konsisten, jika perhatian dan fokus kita terbagi dengan banyak hal lainnya.  

Mengapa sih wanita harus sebegitu keras 'menyiksa' dirinya? mengapa wanita tidak perlu hanya fokus mengurus anak-anaknya, karena toh mengurus anak, mendidik dan mengasuh mereka menjadi sosok yang lebih baik, adalah sebuah karir yang menjadi pencapaian hidup sebagai wanita juga.

Note: itu menurut saya ya, bahwasanya anak-anak juga bisa jadi sebuah pencapaian bagi ibunya!
Jawabannya adalah, apalagi sih kalau bukan tuntutan zaman.

Yup, disadari atau tidak, tuntutan zaman now itu menyiksa dan memberatkan wanita. Sedihnya lagi, hal ini justru digaungkan oleh kebanyakan wanita juga, sehingga amat sangat mempengaruhi wanita lainnya.

Menurut kebanyakan wanita zaman now

"Wanita itu, meskipun sudah jadi istri dan ibu, jangan hanya mengandalkan suami saja, karena semuanya bisa menghilang tanpa permisi"  

Di sisi lain, hal ini mungkin juga semakin berkembang dan 'membebani' banyak wanita, karena banyaknya kabar viral tentang para istri yang menderita oleh kelakuan suaminya.

Ada yang diselingkuhi suaminya, ada pula yang suaminya meninggal dunia. Hingga ada juga wanita yang suaminya ada, tapi malas berusaha.

Karena itulah, banyak wanita yang mati-matian, mengikuti tuntutan zaman untuk menjadi wanita mandiri finansial yang tidak hanya berharap pada suami.

Sayangnya, hal itu tidak mudah, salah satunya karena kodrat wanita sebagai ibu, di mana kebanyakan anak-anak hanya lebih baik jika lebih banyak diasuh oleh ibunya.

Dan tidak semua lelaki bisa serba bisa, baik melakukan pekerjaan rumah, mengasuh anak, hingga menurunkan ego untuk memberikan ruang kepada sang istri.

Bukan salah lelaki seutuhnya sih, berdasarkan beberapa teori oleh Dr. Aisah Dahlan, lelaki memang diciptakan Allah dengan otak yang lebih bekerja, jika dia diberi tampuk kepemimpinan secara penuh.


Wanita Cerdas Adalah yang Mengikuti Zaman Tapi Tak Kebablasan

Dengan berbagai tuntutan zaman now yang sebenarnya lebih banyak merepotkan dan memberatkan wanita semata. Pada akhirnya apa yang dijalankan para istri, seolah menjadi jalan untuk keretakan hubungan mereka dalam rumah tangga.

Misal, para istri yang akhirnya bisa melawan hatinya untuk lebih 'tega' terhadap anaknya, demi uang. Banyak yang akhirnya lebih sukses dari suaminya. 

Ketika sukses, ada 2 kemungkinan yang terjadi.

Pertama, suaminya merasa kehilangan harga diri karena penghasilan istri lebih besar dari penghasilannya, sehingga dia merasa terluka akan harga dirinya. Outputnya, kalau bukan suami jadi malas-malasan dan membiarkan istri yang mencukupi semua kebutuhan rumah, atau dengan cari kesenangan di luar, mencari wanita yang bisa tunduk padanya.

Jahat ya, tapi emang kodrat lelaki demikian.

Kedua, istri yang merasa punya power karena punya penghasilan sendiri, akan merasa bahwa tampuk kepemimpinan rumah tangga juga berhak dipegang olehnya.

Dengan ditambah komunikasi yang buruk, terjadilah perpecahan dalam rumah tangga.   

Ketika masalah muncul, alih-alih wanita bisa menyadari hal itu, yang ada merasa tak gentar dengan apapun, karena toh dia sudah mandiri finansial.

Alih-alih intropeksi diri, yang ada semakin berani menunjukan, bahwa wanita tidak kalah oleh lelaki, even itu suaminya sendiri.

Bagus sih, sayangnya bisa jadi hal itu tidak bagus untuk mentalnya, apalagi mental anak-anaknya. 

Karena itulah, menurut saya, wanita yang cerdas itu, adalah wanita yang tetap bisa mengikuti kemajuan zaman, tapi tak kebablasan. Selalu ingat akan kodrat dan takdirnya yang memang lebih dibutuhkan anak dan suami, ketimbang perusahaan atau komunitas lainnya.

Wanita yang cerdas, adalah yang paham, bahwa menjadi ibu adalah sebuah pencapaian luar biasa, yang tidak bisa diremehkan oleh siapapun.

Kita bisa melihat, semua orang-orang hebat sekarang, bisa menjadi seperti itu karena apa?. Yup, ibu dan istrinya.

BJ Habibie yang hebat, bukan karena dia beruntung saja diberi otak yang cerdas. Tapi diberi ibu dan istri yang bijaksana. 

Andai BJ Habibie menikah dengan dokter yang tetap sibuk di luar rumah sama-sama mengejar impiannya, mungkin beliau tak akan bisa sukses menjadi presiden.

Demikian pula yang lainya.

Wanita yang cerdas adalah sadar, bahwa keberhasilan anak dan suaminya, meski mungkin tak terlalu di-notice orang lain, tapi Tuhan tahu semua itu berkat pencapaian ibu dan istri.

Jadi, meskipun harus mengalah dari para lelaki khususnya suami, terutama jika memang kondisinya demikian, hal itu tidak akan mengecilkan hatinya.

Wanita yang cerdas itu menyadari, bahwa hidup akan selalu baik-baik saja, selama kita selalu berbuat baik dan berharap pada Tuhan.

Jadi, ketakutan yang banyak dialami wanita zaman now, di mana harus punya uang sendiri, takut suaminya selingkuh atau meninggal, insya Allah tidak akan menjadi masalah untuknya.

Kalaupun terjadi padanya, Tuhan akan selalu memberikan jalan yang terbaik untuknya.

Tulisan ini, bukan ditujukan untuk mengucilkan ibu bekerja ya, akan tetapi sebagai penyemangat semua wanita. Bahwa apapun yang terjadi, tetaplah fokus menjadi baik dalam menjalankan perannya.

Dan jika memang kondisinya mengharuskan wanita sementara di rumah saja, jalani saja dengan bahagia dan semangat, yakin bahwa semua itu baik untuknya.

Lalu, jika wanita diberi kesempatan untuk tampil lebih maju dalam mengejar cita-citanya, lakukan sesuai porsi, tanpa kebablasan merasa lebih hebat dari siapapun, apalagi terhadap suami.

Itu opini saya, bahwa wanita yang cerdas adalah yang mengikuti zaman, tapi tak kebablasan.


Surabaya, 12 Mei 2024

Sumber: opini pribadi

Gambar: Canva edit by Rey

Next Post Previous Post