Feminisme Sesuai Kodrat, Berdaya Tanpa Kehilangan Jati Diri

feminisme sesuai kodrat

Feminisme sering kali dimaknai dengan nada yang keras. Seolah identik dengan perempuan penuh perlawanan, kemarahan, hingga penolakan terhadap peran-peran yang sering dilekatkan pada perempuan. 

Karenanya, sering terjadi ketika perempuan memilih jalan yang berbeda, dianggap “tidak cukup progresif” atau perempuan tak berdaya.

Yang orang tidak pahami adalah, bahwa tidak semua perempuan ingin berteriak untuk didengar. Sebagian memilih untuk diakui, dihargai, dan diberi ruang untuk memilih, tanpa merelakan kehilangan jati dirinya.

Dan dari sinilah Feminisme Sesuai Kodrat mengambil tempat.

Baca juga : Memulai Dengan Opini Positif Tentang Feminisme


Feminisme Tidak Harus Bertentangan dengan Kodrat

Sejak dulu, masalah kodrat sering kali disalahpahami. Banyak yang menggangap, kodrat adalah batas yang membelenggu perempuan. Padahal sejatinya kodrat adalah fitrah biologis dan kemanusiaan, bukan alat untuk menekan atau membungkam perempuan.

Banyak yang tidak paham, bahwa menjadi perempuan dengan memiliki rahim, emosi yang sensitif, naluri merawat, dan kebutuhan akan keterikatan, bukan menjadi sebuah kelemahan. 

Justru itu semua mencerminkan dan menjadi bagian dari kemanusiaan yang utuh. Feminisme yang sesuai kodrat tidak akan menghapus itu semua.

Tidak pula menuntut perempuan menjadi “seperti laki-laki” untuk dianggap setara. Namun justru menegaskan bahwa perempuan berharga karena dirinya sendiri, bukan hanya seberapa jauh ia mampu mengikuti standar lain.


Berdaya Tanpa Harus Menolak Peran

Perempuan yang berdaya bukan harus meninggalkan perannya. Karena berdaya merupakan hal yang ketika perempuan menjalani perannya dengan sadar, tanpa paksaan, dan dengan martabat.

Dengan hal itu, peempuan sejatinya memahami bahwa,

  • Menjadi ibu bukan penghalang untuk berpikir kritis.
  • Menjadi istri bukan alasan untuk kehilangan suara.
  • Memilih fokus pada keluarga bukan tanda kurang ambisi.

Dan yang terjadi ketika sebaliknya, yaitu dengan bekerja, berkarya, dan berkontribusi di ruang publik juga bukan bentuk pembangkangan terhadap kodrat. Tentunya selama dijalani dengan kesadaran dan nilai yang diyakini.

Feminisme yang sesuai dengan kodrat berarti menghormati semua pilihan yang lahir dari kesadaran, bukan tekanan sosial.


Perempuan Boleh Kuat, Boleh Lelah, Boleh Lembut

Dewasa ini, narasi tentang “perempuan kuat” seringnya berubah menjadi beban baru bagi perempuan. Dengan itu, perempuan dituntut tangguh tanpa ada jeda, sabar tanpa batas, dan tegar tanpa boleh ada ruang rapuh.

Padahal, sejatinya lelah itu manusiawi, dan menangis bukanlah sebuah kegagalan. Dan berhenti sejenak bukan tanda menyerah.

Feminisme seharusnya lebih beradab, dan memberi izin pada perempuan untuk menjadi utuh, yaitu menjadi kuat sekaligus lembut, berani sekaligus ragu, mandiri sekaligus membutuhkan.

Perempuan bebas menikmati perasaannya, tak harus selalu terlihat baik-baik saja.

Baca juga : Kriteria Lelaki Idaman Perempuan Zaman Sekarang


Kesetaraan yang Manusiawi, Bukan Penyeragaman

Selain ini, isu kesetaraan juga harus diperbaiki, karena setara seharusnya bukan berarti sama

Perempuan dan laki-laki punya perbedaan biologis, emosional, dan sosial yang nyata. Dan ketika harus mengakui perbedaan tersebut, bukan lantas merendahkan, justru sebagai bentuk keadilan yang paling jujur.

Feminisme sesuai kodrat tidak mengejar penyeragaman peran, tetapi keadilan dalam penghargaan, seperti:

  • Hak untuk bersuara.
  • Hak untuk memilih.
  • Hak untuk dihormati sebagai manusia dewasa yang berpikir.


Ruang Ini untuk Perempuan yang Ingin Bertumbuh dengan Tenang

Melalui blog Woman Daily ini, akan menjadi ruang refleksi bagi perempuan yang ingin bertumbuh tanpa harus berteriak. Perempuan yang ingin berpikir kritis tanpa membenci, juga perempuan yang ingin berdaya tanpa tercerabut dari nilai dan jati diri.

Di sini, feminisme bukan tentang siapa yang paling keras, melainkan siapa yang paling sadar akan dirinya sendiri.

Karena menjadi perempuan seutuhnya adalah bentuk keberdayaan yang paling hakiki.

Previous Post